Kamis, 11 Maret 2021

Kesatria yang Membumi

Posted by Taufik 23.13.00

Jika kita membuka lembaran sejarah Islam maka akan kita dapati untaian mutiara di dalamnya. Mulai dari generasi pertama yang mendapat didikan langsung dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam hingga kekhilafahan Turki Utsmani atau orang barat menyebutnya dengan Ottoman Empire.

Kita ambil saja contoh pada generasi pertama seperti ‘Umar ibn al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu yang menjadi ‘preman pensiun’ setelah beliau masuk ke dalam Islam. Dan ketika beliau diangkat menjadi ‘Amirul Mu’minin, beliau adalah orang yang sangat peduli dengan rakyatnya. Ketika suatu malam dia berjalan-jalan di kota Madinah untuk melakukan blusukan dan mendapati ada seorang ibu yang tidak dapat memberikan makan anaknya karena tidak memiliki makanan sedikitpun, serta merta dia kembali ke tempat penyimpanan bahan makanan nasional (sejenis bulog) dan memanggul sendiri sekarung gandum untuk dibawa langsung menuju rumah wanita tadi lalu diberikan kepadanya, sedangkan wanita tersebut tidak mengetahui bahwa dia adalah pemimpin negeri itu.

Atau seperti Salman al-Farisi ketika dia sedang berjalan kaki dengan penampilan layaknya rakyat kebanyakan lalu ada seorang pedagang dari negeri Syam sambil membawa barang bawaannya berupa buah Tin dan Kurma yang sedang mencari kuli panggul kemudian melihat Salman dan meminta tolong kepadanya untuk dibawakan barang-barangnya, maka Salman pun datang dan membawakan barang-barangnya sementara si pedagang itu tidak mengetahui bahwa yang mengangkut barang-barangnya itu adalah Gubernur di wilayah itu.

Mereka adalah para sahabat yang mulia, mereka telah membersamai Nabi shalallahu’alaihi wasallam baik di keseharian atau disetiap medan pertempuran, namun mereka tidak tamak terhadap posisi dan kekuasaan sedang mereka mengamalkan apa yang Islam ajarkan, bahwa setiap manusia bukanlah hamba manusia yang lain akan tetapi mereka adalah hamba-hamba Allah semata.

Bagaimana dengan saat ini, adakah lagi orang-orang seperti itu? Masihkah tersisa ksatria-ksatria itu? Jawabnya, boleh jadi masih ada tapi boleh jadi kualitasnya pun tidak sama seperti pada generasi-generasi terbaik umat ini.

Mari kita ambil sudut pandang secara global dari media-media saat ini, ternyata masih ada slot untuk para ksatria-ksatria itu, di tengah propaganda dan ketidak-berimbangan informasi, media masih menyisakan sedikit hal untuk itu. Dan hal sedikit ini ternyata memberikan pengaruh terhadap dunia.

Sebut saja seperti Muhammad Ali di dunia tinju. Dia menjadi legenda karena sikapnya, baik di dalam ring maupun di luar ring. Di dalam ring dia adalah petinju hebat dan juara nyentrik dengan skor profesional 57-5-0 (W-L-D). Sedangkan di luar ring dia adalah orang yang berani melawan ketidakadilan dan menyuarakan kebenaran. Muhammad Ali adalah seorang aktivis perlawanan terhadap apartheid di Amerika Serikat dan dia juga pernah melakukan protes dengan menentang keterlibatan Amerika dalam Perang Vietnam. 

Dalam karir tinjunya dia pernah melakukan pertarungan yang bersejarah melawan Ernie Terrell. Pada saat itu Ernie memanggil Ali dengan nama lamanya sebelum dia menjadi seorang muslim yakni Cassius Clay. Kebanggaannya akan identitas muslimnya membuat dia marah dan mengatakan bahwa nama Cassius Clay adalah nama seorang budak. Ketika hari pertarungan tiba, di ring Ali menegaskan namanya kepada Ernie dengan mengatakan “what’s my name?!” sambil memukul lawannya tersebut. Hingga akhir ronde Ali memenangkan pertarungan tersebut dan membuat babak belur Ernie. Muhammad Ali adalah petinju yang menginspirasi banyak orang termasuk petinju hebat seperti Mike Tyson, dan kisahnya juga menginspirasi banyak orang di dunia terkhusus warga kulit hitam di Amerika Serikat.

Kemudian juga ada petarung muslim dalam seni bela diri campuran atau yang lebih dikenal dengan MMA yakni Khabib Nurmagomedov. Seorang pemuda yang berasal dari Dagestan, Russia dan merupakan anak kampung dari gunung yang turun ke gelanggang UFC dan menggemparkan Amerika bahkan dunia. Betapa tidak, khabib membuktikan kehebatannya di dalam oktagon dengan skor profesioanlnya 29-0-0 (W-L-D), dia adalah petarung yang tidak pernah kalah sepanjang karir profesionalnya. 

Khabib juga merupakan legenda hidup karena sikapnya, baik di dalam oktagon maupun di luar oktagon. Dia digadang-gadang sebagai honorable man oleh para petarung lain karena sikapnya yang selalu menghormati lawan bertarungnya dan dia juga orang yang rendah hati. Dia memberikan contoh kepada khalayak bagaimana seorang pemuda muslim itu. Dia taat beribadah, disiplin, menghormati orang tua, menghormati lawannya, selalu mudah mengucapkan terima kasih kepada orang lain, tidak sungkan meminta maaf jika salah, ramah, sopan, rendah hati dan nilai-nilai kebaikan lainnya yang sudah mulai asing di barat sana. Dan baginya agama adalah nomor satu. Suatu ketika dia pernah tidak menghormati lawan bertarungnya yakni Conor McGregor, karena lawannya ini telah menghina agama, orang tua, dan negerinya pada saat UFC 229 press conference berlangsung. Hal ini tentu menyulut kemarahan Khabib. Saat hari pertarungan tiba, Khabib pun melepas kemarahannya di dalam oktagon dan menghajar Conor habis-habisan, hingga pada ronde ke-4 Conor dipaksa untuk menyerah dan akhirnya melakukan tap out. Orang-orang yang menyaksikan pertarungan tersebut tentu tau kenapa Khabib melakukan hal seperti itu. Karena sikap Khabib ini, banyak yang tadinya haters berubah menjadi fans.

Sepenggal kisah mereka ini memberikan gambaran bahwa seseorang yang teguh keimanannya itu tidak malu dengan identitas keislamannya bahkan memberikan tempat nomor satu dalam kehidupan. Di zaman yang kebaikan dianggap asing ini perlu didobrak oleh kebeningan hati yang terdalam, yang menjadi oase di tengah kegersangan. Keberanian karena benar dan sikap rendah hati inilah yang dapat mengukuhkan seseorang menjadi kesatria yang membumi. [taufik]

 

#Day3ChallengeReliKabTang

2 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube