Suatu ketika Nabi shalallahu’alaihi wasallam sedang
duduk bersama para sahabatnya lalu datanglah orang yang tidak dikenal
menghampiri mereka. Orang tersebut kemudian duduk di hadapan Nabi shalallahu’alaihi
wasallam lalu menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya dan disaksikan
langsung oleh para sahabatnya. Dia bertanya tentang Iman, Islam, dan Ihsan,
maka Nabi shalallahu’alaihi wasallam pun menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan. Uniknya setiap jawaban Nabi ini dibenarkan olehnya sampai-sampai
‘Umar ibn al-Khatthab pun merasa heran dan berkata, “dia yang bertanya tapi dia
juga membenarkannya”.
Namun pertanyaan masih berlanjut, orang tersebut kembali
bertanya, “beritahukan aku tentang hari kiamat?”. Kemudian Nabi shalallahu’alaihi
wasallam menjawab, “yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”.
Tentu saja Nabi tidak tahu karena yang memiliki pengetahuan tentang kapan
terjadinya hari kiamat hanyalah Allah semata, Tuhannya manusia dan alam semesta.
Merasa belum cukup dengan jawaban dari Nabi shalallahu’alaihi wasallam
orang itu bertanya kembali, “beritahukan aku tentang tanda-tandanya (hari
kiamat)”, lalu Nabi shalallahu’alaihi wasallam menjawab, “jika seorang
hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan
dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan
bangunannya” pungkas Nabi shalallahu’alaihi wasallam. Setelah itu orang
tersebut pergi.
Beberapa waktu kemudian Nabi shalallahu’alaihi wasallam memberitahu
bahwa orang yang datang dalam wujud laki-laki tampan tersebut adalah malaikat
Jibril ‘alaihissalam dan menjelaskan bahwa dia datang dengan maksud
untuk mengajarkan agama kepada kalian.
Para ulama mencermati tentang kisah ini yang dinukil dari
hadits yang diriwayatkan oleh Muslim rahimahullah. Dari sini disarikan
juga tentang rukun iman, rukun islam, dan ihsan. Dan banyak pelajaran yang bisa
kita ambil diantaranya ketika ada sesuatu hal yang tidak kita ketahui maka
tidak usah malu untuk mengatakan “saya tidak tahu”, itu akan lebih selamat.
Ada hal lain yang menarik ketika menyimak jawaban Nabi shalallahu’alaihi
wasallam tentang tanda-tanda kiamat, namun ulama sepakat yang dimaksud
tanda-tanda disini adalah tanda-tanda kiamat kecil atau sughra. Pertama seorang
hamba yang melahirkan tuannya dan kedua seorang yang miskin lagi penggembala
domba kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunan. Yang cukup menggelitik
adalah jawaban pertama sedangkan untuk jawaban yang kedua sudah cukup jelas
maknanya.
An-Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang ‘seorang
hamba melahirkan tuannya’ adalah jika seorang laki-laki memiliki budak wanita,
lalu berhubungan dengannya dan budak itu melahirkan anak. Anak tersebut
kemudian berstatus sebagai tuannya. Pendapat ini mewakili pendapat mayoritas ulama.
Makna kedua, orang kaya yang telah melahirkan anak darinya. Selang
bertahun-tahun setelahnya, sang anak yang telah tumbuh dewasa membeli budak
tersebut. Hingga jadilah wanita yang sebenarnya adalah ibunya itu menjadi
budaknya. Makna ketiga, sebagian ulama menjelaskan bahwa ‘budak melahirkan
tuannya’ adalah makna kiasan. Maknanya, ketika orang-orang sudah tidak lagi
berbakti kepada ibunya. Yang dimaksud dengan tidak lagi berbakti kepada ibunya adalah
tidak ada lagi penghormatan dan pemuliaan, yang terjadi justru sebaliknya anak
menyuruh ibunya. Anak memperlakukan ibunya seperti pembantu, seperti budak.
Diperintah dan disuruh-suruh. Ini yang menjadi penjelasan tentang jawaban Nabi
atas pertanyaan Jibril tadi selama ini.
Tapi ada tafsiran lainnya yang disesuaikan dengan kondisi saat ini tanpa menyalahkan tafsiran para ulama salaf. Tafsiran kontemporer ini melihatnya dari segi waktu kejadian karena logisnya peristiwa pertama terjadi terlebih dahulu daripada peristiwa kedua atau setidaknya dua fenomena itu terjadi dalam waktu yang berdekatan. Kemudian makna yang dimaksud dari ‘seorang budak melahirkan tuannya’ adalah fenomena surrogate mother atau yang kita ketahui sebagai ibu pengganti artinya seorang wanita menyewakan rahimnya kepada pasangan yang belum memiliki keturunan untuk dipakai dalam proses pembuahan hingga melahirkan anak yang bukan miliknya dan dia akan menerima bayaran atas jasanya itu. Fenomena surrogate mother ini sendiri terjadi sekitar tahun 1980-an dan hal ini terjadi seiring berdirinya gedung-gedung tinggi di jazirah Arab pada tahun yang sama. Wallahu’alam bisshowab. [taufik]
#Day7ChallengeReliKabTang
0 komentar:
Posting Komentar